-->

Pasang Iklan di Pohon

Tuesday, November 11, 2014

Pasang Iklan di Pohon

Ayo, Stop Pasang Iklan di Pohon!

Dinas Pertamanan dan Kebersihan, Pemerintah Kota, Komisi Pemilihan Umum, bahkan SATPOL PP sudah menyebar imbauan kepada masyarakat agar tidak memasang iklan calon legislatif di pohon-pohon pinggir jalan. Namun, masyarakat mengabaikan imbauan tersebut. Buktinya iklan semakin hari semakin menjamur di area pinggir jalan, meskipun imbauan itu sudah dipasang. Bahkan, di sekitar imbauan ''Stop Pasang Iklan di Pohon'' itu masih banyak iklan yang menempel di pohon. Sangat tidak etis jika pohon perindang dipenuhi berbagai macam iklan. Ada beberapa dampak yang akan muncul jika masalah ini tidak ditindak tegas. Mulai dari merusak pemandangan, menghambat pertumbuhan pohon, dan pelanggaran etika serta tata tertib yang berlaku di masyarakat.

Dampak pemasangan iklan di pohon yang pertama adalah merusak pemandangan. Deretan pohon yang seharusnya berwarna hijau, kini berubah menjadi warna-warni yang mencolok. Tidak hanya itu, banyak iklan yang sudah lama terpasang dan tidak dihiraukan oleh si pemilik yang pada akhirnya luntur, robek, dan seperti sampah yang menempel di batang-batang pohon. Selain itu, pada malam hari banyak masyarakat yang dikejutkan oleh iklan-iklan, terutama iklan yang dominan berwarna putih. Bukan hanya warnanya saja, pemasangan iklan di pohon itu cenderung di tempat-tempat sepi yang jarang ada rumah penduduk, sehingga membuat masyarakat yang lewat kaget. Misalnya dipasang di area persawahan, hutan, dan lain-lain.

Pohon yang ditanam di pinggir jalan dimaksudkan untuk memberi kesan sejuk, hijau, asri, dan mempercantik jalan. Dengan tempelan beragam iklan, kesan itu berubah menjadi kesan kumuh seakan-akan masyarakat tidak peduli dengan lingkungan.

Menghambat pertumbuhan pohon adalah dampak lain yang ditimbulkan dari pemasangan iklan di pohon. Karat paku yang ditimbulkan oleh paku yang ditusuk dapat menyebabkan kematian sel cambium, xylem, floem yang secara tidak langsung akan menyebabkan terjadinya infeksi pada batang pohon sehingga memicu terjadinya pembusukan pada batang pohon. Lambat laun kondisi ini tentunya akan berdampak pada terjadinya kematian pohon tersebut. Di samping itu, penghasilan O2 dan penyerapan CO2 akan terhambat. Semakin banyak pohon, maka akan semakin menurunkan suhu setempat, sehingga udara di sekitarnya menjadi sejuk dan nyaman. Secara alami satwa dapat hidup dengan tenang karena lingkungan sangat mendukungnya, terutama adanya banyak pohon yang tumbuh subur. Jika pertumbuhan pohon terhambat, maka makhluk lain akan mengalami hambatan dalam menjalani kehidupan.

Masyarakat memiliki etika dan tata tertib dalam hidup bermasyarakat, termasuk pemasangan iklan. Persoalan pemasangan iklan di pohon memang perlu lebih tegas ditanggapi oleh pihak berwenang, mengenai cara pemasangannya, karena ini berkaitan dengan ketertiban, keindahan, kenyamanan dan kehidupan pohon. Padahal, sudah ada tempat-tempat pemasangan iklan yang layak. Media massa misalnya, bisa dimanfaatkan sebanyak mungkin untuk menyebar iklan. Bisa dilakukan di situs-situs internet, surat kabar, majalah, dan sebagainya. Apalagi jika sasarannya adalah anak muda (yang konon tingkat golputnya paling tinggi) yang doyan bermedia sosial.

Pemerintah sebaiknya menyediakan tempat-tempat atau zona pemasangan iklan yang harus ditempuh melalui izin khusus. Ketika si pemilik iklan mengurus izin, sebaiknya sekaligus diarahkan untuk menempatkan iklannya dengan memerhatikan nilai-nilai etika dan estetika.

Iklan-iklan di pohon ini bisa diatasi dengan tindakan nyata sederhana seperti mencabuti iklan yang dipaku di pohon secara berkelompok bersama masyarakat yang cukup banyak agar orang banyak yang tahu dan sadar, sehingga tidak ada memasang iklan di pepohonan lagi. Selain itu, kita perlu mendukung upaya Pemerintah yang menindak tegas pihak yang memasang iklan dengan cara memakunya di batang pohon tanpa seizin dinas yang berwenang, kemudian menghukumnya sebagai efek jera. Hukuman mati mungkin? Atau yang lebih nyeleneh, seperti menyuruh si oknum bergaya layaknya ketika sedang difoto selama satu hari penuh.


Source: http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberitaindex&kid=11&id=83360