2.2 Keluarga
2.2.1 Pengertian Keluarga
Keluarga didefinisikan sebagai sebuah kelompok yang terdiri
atas dua orang atau lebih yang terikat oleh perkawinan, darah (keturunan: anak
atau cucu) atau adopsi yang biasanya tinggal bersama dalam satu rumah. Yang
membedakan keluarga dengan kelompok lain adalah keluarga terbentuk oleh
pernikahan atau kelahiran, memiliki hubungan yang permanent dan emosional,
berorientasi pada hubungan antar pribadidan bukan pada suatu tujuan tertentu
seperti halnya organisasi.
Tabel 2
Perbedaan antara keluarga dengan
kelompok lain
No.
|
Keluarga
|
Kelompok Lain
|
1.
|
Formasi
terbentuk oleh pernikahan atau kelahiran
|
Formasi
terbentuk oleh tugas atau pekerjaan
|
2.
|
Mempunyai
hubungan lebih permanent
|
Hubungan
berdasarkan kontrak
|
3.
|
Lebih
berorientasi pada hubungan interpersonal
|
Lebih
berorientasi pada tujuan yang akan dicapai
|
4.
|
Mempunyai
ikatan emosional
|
Lebih
berorientasi pada ikatan secara rasional
|
5.
|
Lebih
mencari nilai-nilai yang hakiki
|
Mencari
nilai-nilai diluar yang hakiki
|
6.
|
Lebih
berorientasi pada grup (cooperative)
|
Lebih
berorientasi pada individu (competitive)
|
(Sumber: Park,Tansuhaj dan Kalbe,
1991)
Keluarga terbagi dua yaitu keluarga inti
dan keluarga besar. Keluarga inti adalah kelompok langsung yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak. Sementara keluarga besar meliputi keluarga inti ditambah
keluarga lain seperti kakek, nenek, paman, bibi, sepupu dan kerabat karena
perkawinan (Setiadi, 2003:272)
2.2.2 Fungsi Keluarga
Sebagian besar anak-anak mendapatkan kebutuhan kasih sayang,
perhatian dan kedekatan didalam keluarga. Keluarga merupakan suatu unit dimana
anak dapat menemukan kedekatan pengasuhan dan perasaan menyayangi dan disayangi
oleh seseorang. Didalam format keluarga merupakan hal yang masuk akal untuk
mengasumsikan faktor kasih sayang (cinta, perhatian, dan kedekatan) sangat
penting dalam proses keputusan pembelian produk dalam keluarga (Park, Tansuhaj
dan Kalbe, 1991:652)
Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat bagi semua
anggota keluarga. Keluarga memiliki fungsi utama untuk mengembangkan kualitas
sumber daya manusia bagi semua anggotanya terutama anak-anak, termasuk
didalamnya adalah fungsi untuk menjadikan anak sebagai konsumen.
2.2.3 Sosialisasi Anak sebagai
Konsumen
Sosialisasi adalah sebagai konsumen diartikan sebagai proses
yang memungkinkan anak-anak untuk memperoleh keterampilan, pengetahuan dan
sikap yang diperlukan untuk berfungsi sebagai konsumen (Schiffman dan Kanuk,
2004:308)
Melalui proses sosialisasi keluarga meneruskan makna budaya
dari masyarakat, sub budaya, dan kelas sosial pada anak-anak mereka dan dengan
demikian berarti mempengaruhi afeksi, kognisi, dan perilaku anak-anak mereka.
Anak mendapatkan pengetahuan konsumsi dari orang tua mereka.
Sosialisasi pada anak-anak dalam keluarga dapat terjadi
langsung melalui instruksi yang diarahkan atau secara tidak langsung melalui
pengamatan dan permodelan. Pengetahuan konsumsi yang terbentuk dimasa
kanak-kanak dapat mempengaruhi seseorang dikemudian hari. Sebagian orang dewasa
masih tetap menggunakan merek produk yang sama yang dibeli orang tua mereka
ketika mereka masih kecil. Aliran sosialisasi tidak terbatas pada orang tua
yang mempengaruhi anak-anak mereka saja. Anak-anak juga dapat mensosialisasi
orang tua mereka khususnya untuk produk-produk baru (Peter dan Olson, 2000:117)
Pendapat ini diperkuat oleh Setiadi bahwa peranan pemberi
pengaruh mungkin dipegang oleh orang yang paling ahli. Sebagai contoh, orang
tua mungkin menjadi pengambil keputusan mengenai mobil mana yang akan mereka
beli, tetapi sang anak akan memainkan peranan utama sebagai penjaga pintu
informasi dan sebagai pemberi pengaruh karena pengetahuan yang lebih banyak
mengenai unjuk kerja, ciri produk dan lain-lain (Setiadi, 2003:283)
Seorang anak yang biasanya berperan sebagai pengguna akhir
dari produk yang dibeli dapat memberi pengaruh yang tidak kecil pada
pengambilan keputusan pembelian suatu barang dalam keluarganya.
Biasanya anak mencoba memberi pengaruh pada orang tuanya
untuk membeli. Walaupun anak tidak mendominasi pengambilan keputusan beli,
mereka mempunyai potensi yang besar untuk membentuk aliansi baik dengan ayahnya
maupun dengan ibunya dalam membentuk mayoritas pengambilan keputusan beli. Anak
bisa berpengaruh pada setiap tahap proses membeli kecuali pada keputusan berapa
banyak uang yang akan dibelanjakan (Prasetijo dan Ihalauw, 2005;169)
Pendapat ini dikuatkan oleh suatu penelitian yang dilakukan
oleh James F. Nelson yang menjelaskan tentang anak-anak sebagai sumber
informasi yang signifikan dalam pengambilan keputusan keluarga. Sebagai sumber
informasi anak-anak dapat mempengaruhi keputusan pembelian keluarga dalam
pengenalan kebutuhan, dan memberikan informasi, tetapi tidak terlibat dalam
keputusan informasi, tetapi tidak terlibat dalam keputusan akhir. Nelson juga
menemukan fakta bahwa faktor pendapatan lebih berpengaruh dalam memperkirakan
keterlibatan seorang anak dalam sebuah keputusan (Nelson, 1979; 421)
Palan dan Wilkes mengemukakan empat strategi yang digunakan
oleh anak remaja untuk mempengaruhi orang tua dalam pembelian barang yaitu (1)
Tawar Menawar, (2) Membujuk (3) Emosional dan (4) Permintaan.
daftar pustaka sila cari disini